$type=carousel$count=10$cols=3$cate=0$show=home

$type=grid$rm=0$sn=0$count=1$va=0$show=home

$type=three$tbg=$count=3$space=0$m=0$sn=0$rm=0$ico=1$cate=1$show=home$i=show

Mengenang 10 Tahun Tsunami Aceh

"Dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati siapa tahu. Meski 10 tahun telah berlalu,  ternyata masih melekat banyak cerita pilu...

"Dalamnya laut dapat diukur,
dalamnya hati siapa tahu.
Meski 10 tahun telah berlalu, 
ternyata masih melekat banyak cerita pilu" 

-- Sri Wahyuni --



Keramaian di kuburan massal Ulee Lheue,
Jumat, 26 Desember 2014. Hari ini
tepat 10 tahun musibah gempa dan tsunami berlalu.
JUMAT 26 Desember 2014. Tidak seperti biasanya, hari itu lahan bekas komplek Rumah Sakit Umum Meuraxa yang terletak di dekat Pantai Ulee Lheue , Banda Aceh terlihat begitu berwarna. Bunga-bunga bertebaran di atas lahan yang ditumbuhi rerumputan hijau itu. Namun itu bukanlah lahan biasa, di bawahnya terkubur ratusan jasad tak bernyawa korban gempa dan tsunami yang meluluh lantakkan Kota Banda Aceh sepuluh tahun silam, tepatnya Minggu, 26 Desember 2004. Inilah kuburan massal korban gempa dan tsunami Aceh.

Puluhan peziarah terlihat memadati kuburan massal sejak pagi hari. Di antara mereke ada yang membaca Alquran, ada menyiram air bunga di batu nisan, dan ada yang duduk merenung memeluk Alquran sambil sesekali menyeka matanya yang basah karena air mata. Kuburan massal ini selalu ramai saat peringatan tsunami setiap tahunnya. Meski musibah dahsyat yang menewaskan ratusan ribu nyawa dan menghilangkan puluhan orang itu telah berlalu selama sepuluh tahun, tapi suasana duka masih terasa begitu kental. Kebanyakan para peziarah yang datang ke kuburan massal ini adalah mereka yang kehilangan anggota keluarga pada saat kejadian. 

Selain peziarah, kuburan massal ini juga ramai dikunjungi wartawan baik lokal, nasional, maupun internasional. Musibah gempa dan tsunami sepuluh tahun lalu memang merupakan bencana terdahsyat di abad ini, hingga mencuri perhatian dan rasa empati berjuta pasang mata di seluruh dunia. Hal itu dibuktikan dengan datangnya bala bantuan para relawan dari berbagai negara.

Para peziarah membaca Alquran,
mendoakan keluarga mereka yang
tewas dalam bencana gempa dan tsunami.
Kepada para wartawan, para peziarah yang diwawancarai menceritakan kembali perihal kejadian yang mereka alami saat gempa dan tsunami menyapu keras daratan Kota Banda Aceh. Seorang gadis berkulit putih berbalut buasana hitam, Fatia, bercerita bahwa dia kehilangan sang ibu dalam musibah itu. Sang ibu saat itu sedang berolahraga pagi bersama sang ayah menuju rumah neneknya di Keudah, sementara ia berada di rumah bersama adiknya di Lampineung. Pascagempa ayahnya pulang ke rumah untuk melihat keadaan mereka, sementara ibunya tetap tinggal di rumah nenek. Di Keudah itulah ibunya hilang dibawa gelombang air laut. Seperti diketahui, Keudah salah satu desa yang rata dengan tanah akibat terjangan gelombang tsunami.

Cerita duka lain juga terkuak dari bibir seorang pemuda bernama Ramadhan. Dulu saat tsunami usianya 12 tahun dan masih SD. Setelah sepuluh tahun berlalu, Ramadhan sekarang telah tumbuh besar dan berusia 22 tahun, sudah tamat SMA dan bekerja serabutan. Laki-laki yang sekarang tinggal di Blang Bintang, Aceh Besar itu kehilangan ibu dan saudaranya dalam tragedi tsunami, sementara ia dan ayahnya secara terpisah selamat dari maut. Saat kejadian Ramadhan tinggal tepat di pinggir pantai Ulee Lheue, kawasan yang paling parah terkena terjangan gelombang tsunami. 


Ia sendiri terseret arus gelombang sejauh tiga kilometer dan beruntung dapat bertahan menyelamatkan diri. Sekarang ia sudah hidup lebih baik dengan keluarga barunya (ayahnya telah menikah lagi dan memiliki anak), namun rasa rindu dan sedih atas kehilangan orang disayanginya tidak pernah hilang, padahal mereka telah tiada sepuluh tahun lalu. Meski kondisi kehidupannya sudah membaik serta normal kembali, ia masih merasa ada yang kurang. Kesedihan dan kerinduannya masih begitu melekat di hati setiap kali mengingat ibu dan adik-adiknya. Ia sedih karena hingga saat ini ia tidak pernah melihat dengan mata kepala sendiri jasad ibu dan adik-adiknya yang hilang saat tsunami. Meski demikian, ia selalu berziarah ke kuburan massal untuk mendoakan mereka. Baginya, tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan selain mengirim doa agar orang-orang yang disayanginya bisa tenang dan diterima dengan layak di sisi Allah swt.

***

Bermacam kisah terurai dan beragam pemandangan terlihat di kuburan massal ini. Pemandangan menarik lainnya adalah ketika dua pria berambut cepak, berkulit hitam dan berseragam gegana lengkap dengan rompi anti peluru datang ke kuburan massal ini. Dengan membawa seikat bunga di tangan masing-masing, kedua anggota gegana ini langsung menuju batu besar di tengah komplek pemakaman berlahan hijau.

Setibanya di depan batu tersebut, mereka berlutut dan meletakkan bunga di atasnya. Kemudian mereka menadahkan tangan dengan kepala tertunduk dan berdoa. Sebuah pemandangan yang menyentuh hati. Kesan garang dibalik seragam anggota satuan gegana yang selama ini melekat seketika sirna. Saat berada di pemakaman tak terlihat wajah anggota gegana yang biasanya tegas dan keras. Wajah kedua pria ini justru mengguratkan kesedihan mendalam, terlihat dari matanya yang sembab.

Untuk beberapa saat mereka terdiam. Meraih sebuah ember kecil berisi air bunga dan menyiramkannya ke atas batu sambil terus berdoa. Setelah itu kedua gegana itu pun pergi. Dibandingkan peziarah lain, dua gegana ini sangat singkat berada di kuburan massal. Mereka seperti mencuri kesempatan di sela-sela tugas mengawal kedatangan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di Aceh.


Tak sempat terdengar cerita dari mulut mereka tentang makam siapa yang mereka ziarahi. Orang tua, saudara, sanak keluarga, atau makam sang kekasih kah? Tapi dari pemandangan yang terlihat hari itu, tergambar raut kesedihan di wajah para keluarga korban.

***

Tepat 10 tahun lalu, Minggu 26 Desember 2004, warga Aceh dikejutkan dengan guncangan bumi yang sangat kuat dan lama. Gempa bumi yang terjadi Minggu pagi sekitar pukul 08.00 WIB itu dilaporkan berkekuatan 9,3 SR yang berpusat di 3,3 LU - 95,98 BT. Langit pagi yang menyelimuti Aceh saat itu seketika terasa buram, kekhawatiran dan ketakutan terlihat jelas di setiap wajah penghuni Bumi Serambi Makkah. Bagai sebuah kejutan akhir tahun, gempa bumi pagi itu membangunkan semua orang dari peraduan dan menggiringnya ke luar rumah menuju halaman dan lapangan. 

Setelah beberapa menit akhirnya gempa pun berhenti. Masyarakat tanpa firasat buruk apapun kembali berakitivitas seperti biasa. Mereka membereskan rumah karena banyak barang yang jatuh akibat kuatnya getaran gempa. Beberapa bangunan tidak dapat bertahan dan akhirnya rubuh karena ayunan gempa berkuatan tinggi. Namun ternyata gempa belum sepenuhnya berhenti, tak lama kemudian bumi kembali berguncang meski kekuatannya lebih ringan. Warga pun kembali berhamburan keluar rumah. Sampai akhirnya, lautan manusia dari arah pantai terlihat berlari tergesa-gesa sambil berteriak, "Air! Air! Aiiiirr! Air laut naik!"

Keadaan Lampuuk, Aceh Besar pascatsunami. Semua bangunan hancur dan rata dengan tanah. Yang tersisa hanya sebuah masjid. 

Sungguh sebuah teriakan yang membuat jantung berdetak lebih kencang dan pikiran dipenuhi pertanyaan. Tanpa pernah terpikir sebelumnya, jika sebuah bencana mahadahsyat terjadi di Aceh. Gempa bumi yang terjadi tadi ternyata pertanda dan peringatan bagi warga Aceh. Hanya saja tidak ada yang mengerti akan sinyal itu.

Sekitar 30 menit pascagempa, air laut mengamuk, air laut yang biasanya mengalun tenang itu bangkit. Tingginya empat kali lipat dari tinggi pohon kelapa dan dengan cepat menuju daratan, membabat habis apapun yang dilaluinya. Air laut yang biasanya jernih berubah hitam pekat dan kental. Dengan ganasnya ia menelan semua bangunan dan manusia yang ada di depannya tanpa pandang bulu. Dalam sekejap, kota pun berubah menjadi lautan hitam, semua yang pernah tegak berdiri rata dengan tanah.

Puing-puing berserakan di
Halaman Masjid Raya Baiturrahman
pasca amukan ombak tsunami
26 Desember 2004.

Ratusan ribu nyawa melayang kurang dari satu jam, sungguh sebuah kuasa Allah SWT. Banda Aceh dan Aceh Barat adalah wilayah terparah kerusakannya dalam musibah ini.

Merujuk data dari BNPB, 173.741 jiwa meninggal dunia dan 116.368 orang dinyatakan hilang dalam bencana terdahsyat abad ini. Tsunami tidak hanya terjadi di Aceh, tapi juga di Pulau Nias Sumatera Utara serta delapan negara lainnya di kawasan Samudera Hindia. Musibah tsunami ini merenggut lebih dari seperempat juta jiwa pada beberapa negara Asia dan Afrika meliputi: Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh, Srilangka, India, Maladewa, Somalia, dan Kenya.

Gempa bumi dan tsunami 26 Desember 2004 lalu ini telah tercatat dalam sejarah dunia. Kejadian mahadahsyat ini tidak akan pernah bisa dilupakan sampai kapanpun. Bagi para korban yang kehilangan keluarga, kota mereka sudah tak seindah dulu lagi. Tak seindah saat orang-orang tercinta masih berada di sisi. Meski semuanya telah berubah menjadi lebih baik, akan selalu ada ruang hampa di hati para korban tsunami. Sebuah ruangan di hati yang dihuni para keluarga yang sangat disayangi dan kini telah pergi.


Citra satelit Aceh sebelum dan sesudah tsunami.

Share:

Facebook Google+ Twitter
privacy-icon.pngTHANK YOU
Semoga tulisan dari seorang ibu satu anak ini bermanfaat. Terima kasih untuk sobat yang sudah berkunjung ke rumah mungil saya. Komentar kalian semangat saya. Kalau ada saran dan masukan jangan segan untuk disampaikan. Dengan senang hati akan ditanggapi. Happy reading guys.^^

COMMENTS

TIPS & PARENTING$type=grid$rm=0$sn=0$count=2$va=1

CULINARY & RECIPE$type=grid$rm=0$sn=0$count=2$va=1

TRAVELLING & HISTORY$type=grid$rm=0$sn=0$count=2$va=1

Name

Advertorial,3,Blogging,9,Competition,15,Culinary,8,Diary,21,Family,13,Feature,9,Friend,2,Gallery,11,History & Culture,5,Opinion,9,Parenting,15,Poetry,7,Recipe,5,Review,8,Tips,18,Travelling,16,Uncategorized,7,Video,6,Video Rashid,3,
ltr
item
SRI CORNER: Mengenang 10 Tahun Tsunami Aceh
Mengenang 10 Tahun Tsunami Aceh
http://4.bp.blogspot.com/-j5B16q4y4Xc/VKzstN_VDZI/AAAAAAAABWY/keaIGXf1w6I/s1600/20141226113059.jpg
http://4.bp.blogspot.com/-j5B16q4y4Xc/VKzstN_VDZI/AAAAAAAABWY/keaIGXf1w6I/s72-c/20141226113059.jpg
SRI CORNER
https://coretan-sri.blogspot.com/2014/12/mengenang-10-tahun-tsunami-aceh.html
https://coretan-sri.blogspot.com/
https://coretan-sri.blogspot.com/
https://coretan-sri.blogspot.com/2014/12/mengenang-10-tahun-tsunami-aceh.html
true
4285505137762351497
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy