source: google.com SUDAH lumrah zaman sekarang wanita berkarier di luar rumah. Bahkan ada yang memiliki profesi dan jabatan ...
![]() |
source: google.com |
SUDAH lumrah zaman sekarang wanita berkarier di luar rumah. Bahkan ada yang memiliki profesi dan jabatan yang setara dengan pria. Namun begitu, kerap kali saat bertemu dengan saudara, teman, atau kerabat lainnya selalu terselip pertanyaan, sudah kerja dimana sekarang? Pertanyaan itu sebetulnya lumrah dan sangat lazim. Namun terkadang untuk menjawabnya agak sulit juga.
Apalagi pertanyaan yang sama diajukan kepada seorang lulusan sarjana S1. Tentu agak ada perasaan risih karena orang selalu melihat dari sisi pendidikan dan membandingkannya dengan perkerjaan. Semua orang akan berharap harapan dan kenyataan berjalan seiring. Tapi bagi sebagian orang pameo itu tak selamanya terjadi.
Bagi saya yang lulusan FKIP Bahasa Inggris, saat ditodong dengan pertanyaan tersebut, tentu saya akan menjawab jujur. Karena memang saat ini praktis saya tidak memiliki perkerjaan tetap. Saat ini saya hanya menjadi ibu rumah tangga (IRT) yang mengurusi rumah, suami dan anak.
Apalagi pertanyaan yang sama diajukan kepada seorang lulusan sarjana S1. Tentu agak ada perasaan risih karena orang selalu melihat dari sisi pendidikan dan membandingkannya dengan perkerjaan. Semua orang akan berharap harapan dan kenyataan berjalan seiring. Tapi bagi sebagian orang pameo itu tak selamanya terjadi.
Bagi saya yang lulusan FKIP Bahasa Inggris, saat ditodong dengan pertanyaan tersebut, tentu saya akan menjawab jujur. Karena memang saat ini praktis saya tidak memiliki perkerjaan tetap. Saat ini saya hanya menjadi ibu rumah tangga (IRT) yang mengurusi rumah, suami dan anak.
![]() |
source: google.com |
Bagi saya pada hakikatnya menjadi IRT juga sebuah pekerjaan. Tepatnya lagi pekerjaan yang amat mulia di sisi Allah swt. Ganjaran pahalanya jelas. Sedangkan dari sisi agama, menjadi ibu sejati adalah bagaikan madrasatul 'ula bagi anaknya. Ibu adalah sekolah pertama buat anak-anaknya untuk mengenal lingkungan sekitar. Dari ibu mereka mengenal hitam dan putih dunia ini, dari ibu pula anak-anak belajar banyak hal. Jadi yang menjadi pertanyaan adalah apakah menjadi IRT itu bukan pekerjaan?
Well, memang IRT tidak punya Nomor Induk Pegawai (NIP/NIK) dan tidak menerima gaji setiap bulan. Meski tak ada gajinya, menjadi IRT bukanlah satu rutinitas yang statis. Sebaliknya menjadi IRT adalah rutinitas yang penuh dinamika. Menjadi ibu dalam keluarga juga adalah wanita terhebat di dunia. Apalagi menjadi ibu yang baru punya anak balita. Segalanya dituntut harus sabar. Karena dengan kesabaran itu akan melahirkan ibu-ibu super (Super Moms) yang menjadi tumpuan dan arah hidup bagi anak-anaknya.
![]() |
source: google.com |
Singkatnya, menjadi IRT sebuah keharusan meski kadang melelahkan. Kalau mau dikulik lebih jauh, sebenarnya pekerjaan IRT justru lebih banyak dan berat daripada pegawai kantoran. Jika pegawai/karyawan kantor masuk kerja pukul 07.30 WIB, maka IRT sudah memulai pekerjaannya sejak fajar menyingsing demi menyiapkan semua keperluan suami dan anak. Semua harus sudah beres sebelum suami berangkat kerja dan anak pergi sekolah.
Apalagi bagi IRT yang memiliki si kecil, pagi-pagi harus memasak nasi tim buat si kecil plus menyuapinya. Itu terjadi selama lima tahun pertama tumbuh kembang si dedek kecil. Belum lagi rutinitasi ikutan lainnya seperti mengganti popok, meniduri sampai berjaga tengah malam. Bisa kan membayangkan bagaimana repotnya?
Apalagi bagi IRT yang memiliki si kecil, pagi-pagi harus memasak nasi tim buat si kecil plus menyuapinya. Itu terjadi selama lima tahun pertama tumbuh kembang si dedek kecil. Belum lagi rutinitasi ikutan lainnya seperti mengganti popok, meniduri sampai berjaga tengah malam. Bisa kan membayangkan bagaimana repotnya?
![]() |
source: google.com |
Ibarat peribahasa mati satu tumbuh seribu, begitulah pekerjaan IRT. Selesai satu pekerjaan masih banyak pekerjaan lain menunggu. Setelah selesai melayani suami dan anak, IRT masih harus mencuci piring, menyapu rumah, mencuci dan menyetrika. Akhirnya karena sibuk dengan pekerjaan rumah, tanpa sadar hari sudah siang. Pekerjaan yang masih menunggu yaitu jemput anak sekolah.
See? Itu baru beberapa pekerjaan IRT yang saya sebutkan secara garis besar. Kenyataannya, masih banyak hal-hal kecil lain yang menjadi tanggung jawab IRT. Jadi sebenarnya pemikiran yang mengatakan seorang IRT itu pengangguran salah besar. Saya yakin jika para lelaki sehari saja disuruh melakukan pekerjaan IRT, pasti akan keok. Menurut penelitian wanita diberi kelebihan memiliki multitasking skill soal rumah dibandingkan dengan lelaki. Teristimewa bagi IRT yang juga berkarier, saya haturkan salut buat kalian semua. Bisa menjalankan dua tugas berat secara bersamaan.
![]() |
source: google.com |
Memang wanita zaman sekarang sudah sangat mandiri. Tak bisa lagi diremehkan. Wanita saat ini sudah melek gender. Lelaki dan wanita ingin setara dalam hal pekerjaan dan karier. Namun sebagai wanita juga tidak boleh melupakan kodratnya sebagai ibu bagi anak-anaknya dan sahabat bagi suami. Bagaimanapun seorang wanita yang sudah menjadi istri dan ibu, keluarga adalah prioritas. Jadi, jangan pernah takut menjadi Ibu Rumah Tangga!

Semoga tulisan dari seorang ibu satu anak ini bermanfaat. Terima kasih untuk sobat yang sudah berkunjung ke rumah mungil saya. Komentar kalian semangat saya. Kalau ada saran dan masukan jangan segan untuk disampaikan. Dengan senang hati akan ditanggapi. Happy reading guys.^^
COMMENTS