source: google.com Hi bloggers, tulisan saya kali ini sepertinya sudah jelas tergambar dari judulnya. Yup, saya ingin sedikit berbagi...
![]() |
source: google.com |
Selama 16 bulan menjadi jurnalis media lokal di Aceh, saya menimba banyak ilmu tentang menulis terutama pemilihan angle berita yang bermanfaat bagi pembaca. Menulis sebagai jurnalis tidak sebebas menulis sebagai blogger. Sebagai jurnalis, ada banyak kode etik jurnalistik yang harus dipelajari dan diterapkan. Tidak hanya itu, berita yang dimuat di media juga harus memiliki narasumber jelas, tidak bisa asal comot dari artikel atau informasi yang beredar di masyarakat, melainkan harus ada konfirmasi.
Membuat tulisan untuk dapat diterbitkan di sebuah media tidaklah mudah. Karena itu setiap jurnalis dibekali dengan kartu pers yang menandakan jika jurnalis tersebut adalah resmi, bukan jurnalis amplop. Kartu pers ini juga menjadi salah satu kekuatan para jurnalis sehingga dapat bertemu dan mewawancarai banyak oramg penting seperti kepala daerah, kepala dinas, ketua yayasan, atau para petinggi lainnya.
![]() |
Kartu pers saya saat menjadi jurnalis. |
Dari segi bahasa tulisan, jurnalis wajib menulis dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD. Bahasa yang ditulis harus sesimpel mungkin namun tidak menghilangkan inti informasi dari berita tersebut, sehingga pembaca akan lebih mudah memahaminya.
Yang penting diketahui, setiap kata yang ditulis jurnalis harus benar-benar diperhatikan. Karena salah sedikit saja bisa fatal. Saya pernah mengalaminya, ketika tulisan saya diedit redaktur. Meski hanya satu kata yang diubah, tapi berdampak pada seluruh tubuh berita yang juga ikut berubah makna. Alhasil, si narasumber protes ke saya karena merasa tak pernah mengatakan seperti apa yang tertulis di media saya hari itu.
Jika sudah seperti ini, pihak media wajib meralat kesalahannya dengan kembali menayangkan informasi yang benar sesuai keterangan narasumber. Pun, jika ada pemberitaan yang tidak seimbang yaitu hanya menayangkan informasi dari sebelah pihak, media wajib memberi hak jawab pada pihak lainnya.
![]() |
Ilustrasi seorang jurnalis. (source: google.com) |
Media seperti koran dan portal berita online dituntut untuk selalu dapat menyediakan informasi yang up to date, jika tidak maka media tersebut akan ditinggalkan para pembacanya. Tidak hanya up to date, berita yang ditayangkan juga harus terpercaya. Bukan berita yang hanya beredar di kalangan masyarakat tanpa ada pertanggung jawaban benar tidaknya. Karenanya, kerja keras jurnalis di lapangan sangat dituntut dan dibutuhkan. Karena jurnalis yang baik adalah jurnalis yang turun langsung ke lapangan dan melihat sendiri peristiwa yang terjadi. Sehingga tulisan yang nantinya terbit pun akan nyata saat dibaca.
Dari segi kuantitas jurnalis memiliki target dalam pencapaian penulisan. Setiap harinya harus ada berita yang diliput. Untuk jumlah dan target berita yang harus dipenuhi tergantung perusahaan media. Setiap perusahaan memiliki target yang berbeda. Wajarlah jika jurnalis harus menyetor berita setiap harinya, kan digaji setiap bulannya.
Dari segi kuantitas jurnalis memiliki target dalam pencapaian penulisan. Setiap harinya harus ada berita yang diliput. Untuk jumlah dan target berita yang harus dipenuhi tergantung perusahaan media. Setiap perusahaan memiliki target yang berbeda. Wajarlah jika jurnalis harus menyetor berita setiap harinya, kan digaji setiap bulannya.
beda dengan blogger
Menulis sebagai blogger tentu lebih bebas dan tidak terbeban dibandingkan jurnalis. Karena blogger memiliki lapaknya sendiri. Artinya, seorang blogger bisa menulis apa saja yang ia sukai di platform blognya. Tidak peduli itu penting atau tidak, yang penting menulis. Mau curhat, berbagi pengalaman dan tips, atau sekedar cuap-cuap juga bisa. Tidak ada yang melarang.
![]() |
Ada banyak jenis blogger, sesuai konten blognya. (source: google.com) |
Jika sebagai jurnalis ada kode etiknya, sebagai blogger juga ada aturannya. Meski tidak seformal jurnalis, sebagai blogger juga harus punya etika dalam menulis. Paling tidak memerhatikan unsur tulisan yang sebaiknya tidak ditulis, seperti tulisan yang mengandung unsur SARA dan pornografi.
Tapi sebenarnya menulis sebagai blogger juga tidak mudah. Apalagi jika ingin menjadi blogger yang profesional. Setelah melakukan blogwalking dan bergabung di komunitas blogger, banyak info baru yang yang saya ketahui. Menjadi seorang blogger yang profesional ternyata juga ada triknya. Yang paling utama adalah konten blog.
![]() |
source: google.com |
Kalau jurnalis menulis isu terkini dan terbaru yang pasti dibutuhkan masyarakat, blogger juga demikian. Blog dengan konten yang memberikan informasi dan manfaat bagi pembacanya akan lebih banyak dikunjungi. Untuk tahap ini saya masih sangat awam dan masih dalam proses pembelajaran.
Tapi yang pasti, jika ingin menjadi blogger yang dikenal banyak orang butuh usaha keras dan kreativitas tinggi dalam menulis. Menulis di blog pertanggung jawaban ada pada diri si penulis seutuhnya, sementara jurnalis yang menulis untuk sebuah media pertanggung jawabannya ada pada perusahaan.
Begitulah simpelnya perbedaan menulia antara jurnalis dan blogger yang saya rasakan. Tetapi keduanya sama-sama menyenangkan selagi kita bisa menuangkan ide kreatif dan berbagi tulisan yang bermanfaat. Yang penting selalu semangat untuk menulis ya. ^__^

Semoga tulisan dari seorang ibu satu anak ini bermanfaat. Terima kasih untuk sobat yang sudah berkunjung ke rumah mungil saya. Komentar kalian semangat saya. Kalau ada saran dan masukan jangan segan untuk disampaikan. Dengan senang hati akan ditanggapi. Happy reading guys.^^
COMMENTS