$type=carousel$count=10$cols=3$cate=0$show=home

$type=grid$rm=0$sn=0$count=1$va=0$show=home

$type=three$tbg=$count=3$space=0$m=0$sn=0$rm=0$ico=1$cate=1$show=home$i=show

[Diwana Part 1]: Nostalgia Atjeh Tram di Kutaraja

Menulis di media bukanlah sesuatu yang asing bagi saya, karena saya pernah menjadi seorang jurnalis di salah satu perusahaan surat kaba...

www.sricorner.com


Menulis di media bukanlah sesuatu yang asing bagi saya, karena saya pernah menjadi seorang jurnalis di salah satu perusahaan surat kabar harian di Aceh. Namun sejak resign dan menjalani sebagai ibu rumah tangga dan tenaga pengajar privat, saya jadi kangen sekali menulis seperti dulu. 

Meskipun aktif mengisi tulisan di blog, tetap saja rasanya berbeda dengan menulis di media. Alhamdulillah rasa rindu ini terobati karena di akhir tahun 2016 dua tulisan saya dimuat di Diwana, sebuah majalah terbitan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh.


Majalah Diwana cetakan kedua tahun 2016. Di sinilah dua tulisan saya dimuat.

Majalah Diwana ini berisikan artikel-artikel tentang kebudayaan dan pariwisata Kota Banda Aceh. Tidak hanya itu, majalah yang dicetak dua kali setahun ini juga menyuguhkan beberapa artikel tentang sejarah Bumi Serambi Mekkah. 

Saya juga ikut menyumbang sebuah tulisan yang bercerita tentang kejayaan kereta api di Aceh tempo dulu berjudul "Nostalgia Atjeh Tram di Kutaraja".

Ini dia tulisan lengkapnya. Silakan dibaca guyz!

***


Nostalgia Atjeh Tram di Kutaraja


"Jalan kereta api di Aceh dibangun oleh Belanda dengan tujuan utamanya adalah untuk kepentingan politik dan ekonomi. Besi dan kayu didatangkan dari Singapura bulan November 1474. Kayu bantalan rel dari Malaka tahun 1875 dan material untuk untuk rel dari Inggris (1875). Jalan kereta api Ulee Lheue-Kutaraja sepanjang 5 kilometer dibuka untuk lalu lintas umum pada tanggal 12 Agustus 1876. Lintas Ulee Lheue-Kutaraja terkenal sebagai lintas kereta api negara yang ada di nusantara."

Kalimat itu tertulis pada satu papan besi di kompleks pusat pasar Barata, di kawasan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Tak jauh dari tulisan itu, sebuah lokomotif kereta api tampak berdiri kokoh di atas pondasi beton. Lokomotif kereta api itu sekarang dikenal dengan monumen kereta api Aceh. Dari penampakannya usia kereta api Aceh tersebut sudah ratusan tahun.


www.sricorner.com
Lokomotif Atjeh Tram (kereta api) terletak di pusat Kota Banda Aceh. Lokomotif ini merupakan salah satu peninggalan sejarah yang masih tersisa.

Secara fisik memang tidak lagi berfungsi. Di beberapa bagiannya sudah kropos dan berkarat di makan usia. Namun keberadaan lokomotif kereta api tersebut punya nilai sejarah penting. Setidaknya pada zaman Belanda dulu, Aceh pernah memiliki satu kereta api sebagai alat transportasi publik. Sebagaimana keterangan di papan nama monumen, kereta api Aceh atau yang lebih kenal dengan nama Atjeh Tram melayani rute Ulee Lheue-Kutarara (Banda Aceh) dengan panjang rel 5 kilometer.

Meski saat ini Atjeh Tram tidak ada lagi, namun setidaknya Aceh, khusunya Kutaraja sebagai ibukota provinsi punya sejarah perkeretaapian yang gemilang di masanya. Jejak Atjeh Tram hingga kini masih dapat ditelusuri, meski sebagian jalur relnya sudah hilang seiring dengan berhentinya Atjeh Tram beroperasi.

Generasi sekarang hanya dapat melihat satu gerbong atau lokomotif yang sekarang oleh Pemerintah Kota Banda Aceh dijadikan sebagai monumen di kawasan pusat pasar Barata, di kawasan Masjid Raya Baiturrahman. Melihat sejarahnya ke belakang, Atjeh Tram punya peran penting dalam sejarah dunia transportasi di Aceh.

Saat itu ibukota Provinsi Aceh, Banda Aceh yang dulu bernama Kutaraja, pernah menjadi kawasan perlintasan kereta api sebagai transportasi publik. Masyarakat kala itu menggunakan Atjeh Tram sebagai alat tranportasi untuk mengangkut berbagai barang dan menunjang denyut perekonomian rakyat kala itu.

Namun secara lebih spesifik Atjeh Tram dibangun oleh Belanda untuk kepentingan politik memperkuat basis pendudukan Belanda di Kutaraja pada masa itu. Bahkan fungsi Atjeh Tram kala itu lebih dipakai Belanda untuk mengangkut persenjataan, bahan bakar minyak (BBM) dan logistik untuk mendukung ekspansi dan pendudukan Belanda di Kutaraja.

Menurut penulis M. Joenoes Joesoef ada sebuah lokasi di pojok sisi utara Kerkhof, kira-kira di belakang deretan kantor-kantor eks DKA, terdapat satu gedung Djawatan Kereta Api. Tempat itu disebut “Depot Minyak”. Ada rel kereta api yang menghubungkannya dengan stasiun, sehingga gerbong-gerbong BBM yang diangkut oleh kereta api dari Brandan, Sumatera Utara diturunkan di kawasan itu untuk selanjutnya dibongkar. Isi BBM tersebut kemudian dipindahkan ke tangki-tangki penimbun untuk diedarkan di Kutaraja. Trayek kereta api di Kutaraja memang terbatas untuk beberapa rute perlintasan. Yaitu antara stasiun Kutaraja dan stasiun Ulee Lheue.

Relnya membentang mulai dari stasiun, melalui Jalan Diponegoro, menyeberangi Jalan Merduati, masuk ke Lampaseh, melewati Deah Alue, Deah Baro, lalu stasiun Ulheu Lheu. Di Pasar Aceh, ada sebuah halte, sehingga penumpang bisa naik dan turun di situ. Cerita kereta api di Aceh memang tak hanya menggeliat di Kutaraja. Secara keseluruhan Aceh memliki jalur rel kereta api yang membentang mulai dari Kutaraja hingga ke Brandan, Sumatera Utara. Operasionalnya juga mengalami pasang surut.

Dimulai pada tanggal 26 Juni 1874 Gubernur Aceh dan daerah taklukannya memerintahkan untuk menghubungkan tempat demarkasi pelabuhan Ulee Lheue dan Kutaraja dengan rel kereta api sepanjang 5 km dengan lebar spoor (rel) 1,067 m. Kemudian pada 12 Agustus 1876 jalan kereta api Ulee Lheue resmi dibuka untuk umum dengan menghabiskan biaya 540.000 golden.

Pada Tahun 1886 juga dibuka jalur dari Kutaraja - Lamnyong, sebuah jalur dari tengah ke Pekan Krueng Cut dan rumah sakit militer Pante Pirak. Jalur ini digunakan untuk membawa orang luka dan sakit dari pos militer ke luar Aceh. Selanjutnya pada Januari 1898 jalur kereta api diperpanjang hingga mencapai Seulimuem sepanjang 18 km dan dimanfaatkan untuk lalu lintas umum.

Perkembangan kereta api Aceh terus mengalami peningkatan hinggga sampai ke Deli Pangkalan. Namun seiring dengan perjalanan waktu, Atjeh Tram tenggelam dimakan zaman. Pada tahun 1982, Banda Aceh resmi sudah tidak memiliki hubungan kereta api lagi. Hal ini dikarenakan tidak mampu bersaing dengan sarana transportasi jalan raya yang sudah semakin baik dan onderdil yang semakin sulit dicari.

Namun jejak Atjeh Tram hingga kini masih dapat disaksikan lewat monumen commuter atau gerbongnya yang terpajang di komplek pusat pasar Barata, di kawasan masjid Raya Baiturrahman. Setidaknya monumen ini dapat mengingatkan generasi muda akan sejarah Atjeh Tram yang pernah jaya di masanya. Sedangkan bagi mereka yang pernah merasakan berpergian dengan Atjeh Tram, masa-masa itu kini hanya tinggal nostalgia yang sulit dilupakan.(*)

***

Nah, itu dia cerita tentang sejarah kereta api di Aceh. Saya berharap pemerintah bisa menghidupkan kembali transportasi jenis ini, mengingat sudah puluhan tahun sejak saya lahir tidak ada kereta api di Aceh.

Dan untuk tulisan kedua, tunggu di postingan berikutnya ya guyz. Thx for reading. Semoga bermanfaat. ^___^


Share:

Facebook Google+ Twitter
privacy-icon.pngTHANK YOU
Semoga tulisan dari seorang ibu satu anak ini bermanfaat. Terima kasih untuk sobat yang sudah berkunjung ke rumah mungil saya. Komentar kalian semangat saya. Kalau ada saran dan masukan jangan segan untuk disampaikan. Dengan senang hati akan ditanggapi. Happy reading guys.^^

COMMENTS

BLOGGER: 2
Loading...

TIPS & PARENTING$type=grid$rm=0$sn=0$count=2$va=1

CULINARY & RECIPE$type=grid$rm=0$sn=0$count=2$va=1

TRAVELLING & HISTORY$type=grid$rm=0$sn=0$count=2$va=1

Name

Advertorial,3,Blogging,9,Competition,15,Culinary,8,Diary,21,Family,13,Feature,9,Friend,2,Gallery,11,History & Culture,5,Opinion,9,Parenting,15,Poetry,7,Recipe,5,Review,8,Tips,18,Travelling,16,Uncategorized,7,Video,6,Video Rashid,3,
ltr
item
SRI CORNER: [Diwana Part 1]: Nostalgia Atjeh Tram di Kutaraja
[Diwana Part 1]: Nostalgia Atjeh Tram di Kutaraja
https://1.bp.blogspot.com/-5OL97GCCV-w/WLkdkjJuWeI/AAAAAAAACGc/NbL2tEwchmEMKxceIlVQCHo3WWNw67aRACLcB/s640/P_20170221_175210.jpg
https://1.bp.blogspot.com/-5OL97GCCV-w/WLkdkjJuWeI/AAAAAAAACGc/NbL2tEwchmEMKxceIlVQCHo3WWNw67aRACLcB/s72-c/P_20170221_175210.jpg
SRI CORNER
https://coretan-sri.blogspot.com/2017/03/diwana-part-1-nostalgia-atjeh-tram-di.html
https://coretan-sri.blogspot.com/
https://coretan-sri.blogspot.com/
https://coretan-sri.blogspot.com/2017/03/diwana-part-1-nostalgia-atjeh-tram-di.html
true
4285505137762351497
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy